Komunikasi Lintas Generasi: Biar Gak Gagal Paham Sama Orang Tua
Pernah
Merasa “Gak Nyambung” Kalau Ngobrol Sama Orang Tua?
“Papa tuh gak ngerti aku...”
“Dulu zaman ayah beda, sekarang gak bisa begitu...”
Atau yang paling klasik:
“Kamu jawab
duluan kalau orang tua ngomong, itu namanya gak sopan!”
Kalau kamu
merasa sering gagal paham saat ngobrol sama orang tua, kamu gak
sendirian. Ini adalah masalah yang umum terjadi dalam komunikasi lintas
generasi, apalagi antara remaja vs dewasa.
Buat kamu
mahasiswa Ilkom Inaba atau remaja yang sedang belajar lebih peka
terhadap komunikasi, artikel ini akan membantumu mengenali beda cara ngobrol
antar generasi dan bagaimana menghadapinya dengan lebih sehat.
Apa Itu
Komunikasi Lintas Generasi?
Komunikasilintas generasi adalah
interaksi verbal maupun non-verbal antara dua generasi yang berbeda, misalnya
antara Gen Z (remaja sekarang) dan Baby Boomer (orang tua).
Menurut Gustavsson
& Ekström (2003), komunikasi antar generasi sering kali menghadirkan
tantangan karena:
- Perbedaan nilai dan norma
- Cara penyampaian pesan
- Gaya bahasa dan penggunaan
teknologi
Makanya, beda
cara ngobrol itu wajar. Tapi bukan berarti gak bisa dijembatani
Beda Cara Ngobrol: Remaja vs Dewasa
Remaja:
- Lebih suka komunikasi dua
arah
- Ingin didengar, bukan
dihakimi
- Lebih ekspresif lewat media
digital (chat, story, emoji)
- Menggunakan bahasa gaul,
singkatan, atau bahkan meme
Dewasa / Orang Tua:
- Cenderung otoritatif
- Ingin dihormati terlebih
dahulu
- Lebih nyaman dengan
komunikasi langsung dan formal
- Tidak selalu paham bahasa
pop culture
Sebagai
mahasiswa Ilkom Inaba, kamu pasti bisa melihat ini dari sudut pandang
ilmu komunikasi. Perbedaan persepsi dan pendekatan komunikasi inilah yang
sering jadi akar kesalahpahaman.
Komunikasi
Sama Ortu: Antara Sayang dan Salah Paham
Penting
banget buat kamu memahami bahwa komunikasi sama ortu sering dibungkus
dalam bentuk perhatian. Tapi, cara mereka menyampaikan perhatian itu kadang
terasa menyakitkan atau bikin kita tertekan.
Contoh umum:
- "Kamu harus masuk
jurusan ini, biar masa depanmu jelas."
- "Zaman Mama dulu, gak
ada tuh yang namanya rebahan tiap hari."
Nah, dari
sisi ortu, itu bentuk kasih sayang. Tapi dari sisi remaja, bisa terasa seperti
mengatur atau merendahkan. Di sinilah pentingnya memahami konteks budaya dannilai generasi sebelumnya.
Konflik yang
Sering Terjadi
- Gaya Komunikasi Satu Arah
Orang tua kadang ingin didengar saja, tapi tidak membuka ruang diskusi. - Standar Sukses yang Beda
Orang tua punya definisi sukses berdasarkan pengalaman mereka, sementara remaja punya sudut pandang baru. - Pemakaian Teknologi
Ketika orang tua merasa remaja terlalu sering pegang HP, padahal kamu sedang belajar atau kerja freelance.
Tips Membangun Komunikasi Sehat Antar Generasi
1. Gunakan
Bahasa yang Sopan tapi Tegas
Coba
sampaikan pendapat tanpa menggurui. Misalnya:
“Aku paham
Ibu khawatir. Tapi aku sudah atur waktunya, kok.”
2. Pilih
Waktu yang Tepat
Jangan
bicara saat suasana sedang panas. Tunggu waktu santai, lalu ajak diskusi
ringan.
3. Latihan Aktif Mendengarkan
Cobalah
untuk mendengarkan dengan niat memahami, bukan membalas.
4. Sesuaikan Gaya Bicara
Kalau perlu,
hindari bahasa gaul berlebihan agar tidak makin memperlebar jarak pemahaman.
Ilkom Inaba: Komunikasi Itu Ilmu yang Bisa Dilatih
Di IlkomInaba, mahasiswa belajar tidak hanya teori komunikasi, tapi juga praktik
dalam berbagai konteks—termasuk komunikasi keluarga, dan lintas budaya.
Melalui
diskusi kelas, studi kasus, hingga simulasi komunikasi interpersonal, kamu bisa
belajar mengenali pola komunikasi yang sehat dan membangun kedekatan tanpa
konflik.
Bahkan,
banyak tugas mahasiswa Ilkom Inaba yang mengangkat topik seperti:
- Perbedaan gaya komunikasi
generasi Z vs orang tua
- Analisis pesan non-verbal
dalam konflik keluarga
- Peran empati dalam mengatasi
miskomunikasi
Penutup: Gak Harus Sama, Tapi Harus Saling Paham
Komunikasi
lintas generasi bukan soal siapa yang paling benar, tapi bagaimana dua generasi
bisa saling memahami cara berpikir dan berkomunikasi masing-masing.
Sebagai
remaja, kamu bisa mulai dengan membangun empati dan mencoba menjelaskan dirimu
tanpa marah. Sebaliknya, kamu juga bisa bantu orang tua memahami bahwa zaman
sudah berubah, dan kita butuh ruang untuk berkembang.
Sebagai
mahasiswa Ilkom Inaba, kamu punya kesempatan untuk jadi jembatan
generasi—bukan hanya dalam keluarga, tapi juga di masyarakat.
📚 Referensi:
- DeVito, J. A. (2013). The
Interpersonal Communication Book. Pearson.
- Gustavsson, A. &
Ekström, M. (2003). Intergenerational Communication and Cultural Change.
- Rahmat, J. (2019). Psikologi
Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Kompas.com. (2023). “Konflik
Anak dan Orang Tua Karena Perbedaan Generasi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar