Kamis, 17 Juli 2025

 

Komunikasi Lintas Generasi: Biar Gak Gagal Paham Sama Orang Tua

 


 Pernah Merasa “Gak Nyambung” Kalau Ngobrol Sama Orang Tua?

“Papa tuh gak ngerti aku...”

“Dulu zaman ayah beda, sekarang gak bisa begitu...”

Atau yang paling klasik:

“Kamu jawab duluan kalau orang tua ngomong, itu namanya gak sopan!”

Kalau kamu merasa sering gagal paham saat ngobrol sama orang tua, kamu gak sendirian. Ini adalah masalah yang umum terjadi dalam komunikasi lintas generasi, apalagi antara remaja vs dewasa.

Buat kamu mahasiswa Ilkom Inaba atau remaja yang sedang belajar lebih peka terhadap komunikasi, artikel ini akan membantumu mengenali beda cara ngobrol antar generasi dan bagaimana menghadapinya dengan lebih sehat.

 Apa Itu Komunikasi Lintas Generasi?

Komunikasilintas generasi adalah interaksi verbal maupun non-verbal antara dua generasi yang berbeda, misalnya antara Gen Z (remaja sekarang) dan Baby Boomer (orang tua).

Menurut Gustavsson & Ekström (2003), komunikasi antar generasi sering kali menghadirkan tantangan karena:

  • Perbedaan nilai dan norma
  • Cara penyampaian pesan
  • Gaya bahasa dan penggunaan teknologi

Makanya, beda cara ngobrol itu wajar. Tapi bukan berarti gak bisa dijembatani

Beda Cara Ngobrol: Remaja vs Dewasa

Remaja:

  • Lebih suka komunikasi dua arah
  • Ingin didengar, bukan dihakimi
  • Lebih ekspresif lewat media digital (chat, story, emoji)
  • Menggunakan bahasa gaul, singkatan, atau bahkan meme

Dewasa / Orang Tua:

  • Cenderung otoritatif
  • Ingin dihormati terlebih dahulu
  • Lebih nyaman dengan komunikasi langsung dan formal
  • Tidak selalu paham bahasa pop culture

Sebagai mahasiswa Ilkom Inaba, kamu pasti bisa melihat ini dari sudut pandang ilmu komunikasi. Perbedaan persepsi dan pendekatan komunikasi inilah yang sering jadi akar kesalahpahaman.

 Komunikasi Sama Ortu: Antara Sayang dan Salah Paham

Penting banget buat kamu memahami bahwa komunikasi sama ortu sering dibungkus dalam bentuk perhatian. Tapi, cara mereka menyampaikan perhatian itu kadang terasa menyakitkan atau bikin kita tertekan.

Contoh umum:

  • "Kamu harus masuk jurusan ini, biar masa depanmu jelas."
  • "Zaman Mama dulu, gak ada tuh yang namanya rebahan tiap hari."

Nah, dari sisi ortu, itu bentuk kasih sayang. Tapi dari sisi remaja, bisa terasa seperti mengatur atau merendahkan. Di sinilah pentingnya memahami konteks budaya dannilai generasi sebelumnya.

 Konflik yang Sering Terjadi

  1. Gaya Komunikasi Satu Arah
    Orang tua kadang ingin didengar saja, tapi tidak membuka ruang diskusi.
  2. Standar Sukses yang Beda
    Orang tua punya definisi sukses berdasarkan pengalaman mereka, sementara remaja punya sudut pandang baru.
  3. Pemakaian Teknologi
    Ketika orang tua merasa remaja terlalu sering pegang HP, padahal kamu sedang belajar atau kerja freelance.

Tips Membangun Komunikasi Sehat Antar Generasi

 1. Gunakan Bahasa yang Sopan tapi Tegas

Coba sampaikan pendapat tanpa menggurui. Misalnya:

“Aku paham Ibu khawatir. Tapi aku sudah atur waktunya, kok.”

 2. Pilih Waktu yang Tepat

Jangan bicara saat suasana sedang panas. Tunggu waktu santai, lalu ajak diskusi ringan.

3. Latihan Aktif Mendengarkan

Cobalah untuk mendengarkan dengan niat memahami, bukan membalas.

4. Sesuaikan Gaya Bicara

Kalau perlu, hindari bahasa gaul berlebihan agar tidak makin memperlebar jarak pemahaman.

 

Ilkom Inaba: Komunikasi Itu Ilmu yang Bisa Dilatih

Di IlkomInaba, mahasiswa belajar tidak hanya teori komunikasi, tapi juga praktik dalam berbagai konteks—termasuk komunikasi keluarga, dan lintas budaya.

Melalui diskusi kelas, studi kasus, hingga simulasi komunikasi interpersonal, kamu bisa belajar mengenali pola komunikasi yang sehat dan membangun kedekatan tanpa konflik.

Bahkan, banyak tugas mahasiswa Ilkom Inaba yang mengangkat topik seperti:

  • Perbedaan gaya komunikasi generasi Z vs orang tua
  • Analisis pesan non-verbal dalam konflik keluarga
  • Peran empati dalam mengatasi miskomunikasi

Penutup: Gak Harus Sama, Tapi Harus Saling Paham

Komunikasi lintas generasi bukan soal siapa yang paling benar, tapi bagaimana dua generasi bisa saling memahami cara berpikir dan berkomunikasi masing-masing.

Sebagai remaja, kamu bisa mulai dengan membangun empati dan mencoba menjelaskan dirimu tanpa marah. Sebaliknya, kamu juga bisa bantu orang tua memahami bahwa zaman sudah berubah, dan kita butuh ruang untuk berkembang.

Sebagai mahasiswa Ilkom Inaba, kamu punya kesempatan untuk jadi jembatan generasi—bukan hanya dalam keluarga, tapi juga di masyarakat.

 

📚 Referensi:

  1. DeVito, J. A. (2013). The Interpersonal Communication Book. Pearson.
  2. Gustavsson, A. & Ekström, M. (2003). Intergenerational Communication and Cultural Change.
  3. Rahmat, J. (2019). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  4. Kompas.com. (2023). “Konflik Anak dan Orang Tua Karena Perbedaan Generasi.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Budaya K-Pop: Saat Meme, Fandom, dan Bahasa Pop Culture Jadi Alat Komunikasi Anak Muda   “ Oppa Saranghae!” antara Hiburan dan Bahasa Baru P...