Komunikasi dalam
Persahabatan: Kenali Tanda Hubungan Toxic Sebelum Terlambat
Sahabat
Itu Menyembuhkan atau Menyiksa?
Punya sahabat itu berharga banget.
Tapi... pernah nggak sih kamu punya teman yang awalnya seru banget, tapi
lama-lama bikin kamu capek mental?
Kalau iya, mungkin itu karena ada
masalah dalam komunikasi dalam persahabatan, terutama jika mulai mengarah ke
komunikasi toxic. Buat kamu mahasiswa atau calon mahasiswa Ilkom Inaba,
memahami dinamika ini penting banget, karena komunikasi adalah bagian dari
kehidupan sosial sehari-hari.
Kenapa
Komunikasi Penting dalam Persahabatan?
Komunikasi jadi jembatan utama dalam
menjaga relasi, termasuk pertemanan. Tanpa komunikasi yang baik, salah paham
bisa muncul, rasa tidak nyaman berkembang, dan akhirnya hubungan bisa rusak.
Menurut DeVito (2013) dalam bukunya
Interpersonal Communication, komunikasi yang sehat ditandai dengan:
·
Saling
mendengarkan
·
Empati dan
keterbukaan
·
Penggunaan
bahasa yang tidak menyakiti
·
Kemampuan
menyelesaikan konflik dengan cara dewasa
Tanda-tanda
Hubungan Toxic dalam Persahabatan
Gak semua pertemanan itu menyehatkan.
Beberapa hubungan bisa masuk kategori toxic friendship, terutama jika
komunikasi yang terjalin sudah tidak seimbang.
Berikut tanda hubungan toxic yang
sering muncul:
1)
Selalu
Kamu yang Minta Maaf, Bahkan Saat Kamu Gak Salah
Ini
tanda kamu terus merasa bersalah dan sahabatmu nggak mau mengakui kesalahannya.
2)
Komentar
Menyakitkan yang Dibalut ‘Bercanda’
“Ih kamu makin aneh deh sekarang.”
“Gendutan ya kamu?”
Kalau terus-menerus merendahkan atau
menyakiti, meskipun dikemas sebagai bercanda, itu termasuk komunikasi toxic.
3)
Merasa
Takut atau Cemas Saat Bertemu
Kalau setiap mau ketemu kamu malah
stres, itu pertanda hubungan kalian sudah nggak sehat.
4)
Kompetisi
Terselubung
Ketika sahabatmu gak senang dengan
keberhasilanmu dan malah membandingkan diri, itu bisa jadi racun dalam
hubungan.
Komunikasi
Toxic Itu Apa Sih?
Komunikasi toxic adalah pola komunikasi
yang membuat salah satu pihak merasa tidak aman, tertekan, atau direndahkan.
Ini bisa muncul dalam bentuk:
-
Gaslighting:
membuat kamu meragukan perasaan dan pikiranmu sendiri
-
Silent
treatment: mendiamkan tanpa penjelasan
-
Manipulatif:
membuat kamu merasa bersalah agar nurut terus
Sebagai mahasiswa Ilkom Inaba, kamu
bisa belajar mengidentifikasi bentuk komunikasi seperti ini di mata kuliah
Komunikasi Interpersonal atau Psikologi Komunikasi. Ini bekal penting untuk
membentuk relasi yang lebih sehat di kampus dan kehidupan sosial.
Komunikasi Sehat: Kunci Persahabatan yang
Tumbuh
Untungnya, kamu bisa belajar
memperbaiki pola komunikasi jadi lebih sehat. Berikut beberapa prinsip
komunikasi sehat dalam pertemanan:
1. Berani Menyampaikan Perasaan
Daripada dipendam, lebih baik diomongin
baik-baik. Misalnya:
“Aku ngerasa kurang nyaman kalau kamu
ngomong kayak gitu di depan orang lain.”
2. Saling Mendengarkan Tanpa Memotong
Dengarkan dulu pendapat temanmu sampai
selesai, baru kasih tanggapan.
3. Hargai Batasan
Setiap orang punya batas energi, waktu,
dan ruang pribadi. Sahabat yang baik akan menghormati itu.
4. Validasi Perasaan Teman
Saat teman cerita, cukup bilang “Aku
ngerti kok kamu ngerasa begitu.”
Alih-alih langsung memberi saran atau
membandingkan dengan pengalamanmu.
Ilkom Inaba: Belajar Komunikasi Gak Hanya di
Buku
Di Ilkom Inaba, kamu nggak cuma belajar
teori komunikasi di kelas, tapi juga praktik langsung lewat kegiatan
organisasi, diskusi, hingga projek kelompok. Semua itu jadi tempat latihan
membangun komunikasi sehat dalam lingkungan pertemanan.
Misalnya:
·
Belajar Komunikasi
Asertif saat mengerjakan tugas bareng
·
Diskusi
terbuka saat terjadi miskomunikasi antar kelompok
·
Menghindari
komunikasi toxic dalam organisasi mahasiswa
Dengan bekal ilmu dari kampus, kamu
bisa jadi pribadi yang bukan hanya pintar bicara, tapi juga bijak dalam
membangun hubungan.
Studi
Kasus Sederhana
Bayangkan kamu punya teman yang sering
mendominasi obrolan dan gak pernah nanya kabarmu. Lama-lama kamu ngerasa
invisible. Saat kamu coba cerita, dia malah mengalihkan topik.
Dalam situasi ini, kamu bisa mulai
membangun komunikasi sehat dengan bilang:
“Aku pengin ngobrol juga, kadang aku
ngerasa kamu kurang kasih ruang buat aku cerita.”
Kalimat ini tidak menyudutkan, tapi
tetap tegas dan jelas.
Pilih
Sahabat yang Tumbuh Bersama, Bukan yang Menjatuhkan
Persahabatan yang sehat bikin kamu
bertumbuh, saling dukung, dan nyaman jadi diri sendiri. Tapi kalau kamu mulai
merasa lelah secara emosional karena cara berkomunikasi temanmu, itu pertanda
kamu perlu evaluasi.
Sebagai mahasiswa atau calon mahasiswa
Ilkom Inaba, kamu dibekali ilmu dan keterampilan untuk mengenali, membangun,
dan memperbaiki hubungan sosial lewat komunikasi. Jangan ragu untuk belajar,
melatih diri, dan memilih relasi yang membawa kebaikan.
DeVito, J. A. (2013). The Interpersonal Communication Book. Pearson.
Gustavsson, A. & Ekström, M. (2003). Intergenerational Communication and Cultural Change.
Rahmat, J. (2019). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kompas.com. (2023). “Konflik Anak dan Orang Tua Karena Perbedaan Generasi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar