Kamis, 17 Juli 2025

 

Komunikasi dalam Persahabatan: Kenali Tanda Hubungan Toxic Sebelum Terlambat



Sahabat Itu Menyembuhkan atau Menyiksa?

Punya sahabat itu berharga banget. Tapi... pernah nggak sih kamu punya teman yang awalnya seru banget, tapi lama-lama bikin kamu capek mental?

Kalau iya, mungkin itu karena ada masalah dalam komunikasi dalam persahabatan, terutama jika mulai mengarah ke komunikasi toxic. Buat kamu mahasiswa atau calon mahasiswa Ilkom Inaba, memahami dinamika ini penting banget, karena komunikasi adalah bagian dari kehidupan sosial sehari-hari.

Kenapa Komunikasi Penting dalam Persahabatan?

Komunikasi jadi jembatan utama dalam menjaga relasi, termasuk pertemanan. Tanpa komunikasi yang baik, salah paham bisa muncul, rasa tidak nyaman berkembang, dan akhirnya hubungan bisa rusak.

Menurut DeVito (2013) dalam bukunya Interpersonal Communication, komunikasi yang sehat ditandai dengan:

·         Saling mendengarkan

·         Empati dan keterbukaan

·         Penggunaan bahasa yang tidak menyakiti

·         Kemampuan menyelesaikan konflik dengan cara dewasa

Tanda-tanda Hubungan Toxic dalam Persahabatan

Gak semua pertemanan itu menyehatkan. Beberapa hubungan bisa masuk kategori toxic friendship, terutama jika komunikasi yang terjalin sudah tidak seimbang.

Berikut tanda hubungan toxic yang sering muncul:

1)     Selalu Kamu yang Minta Maaf, Bahkan Saat Kamu Gak Salah

Ini tanda kamu terus merasa bersalah dan sahabatmu nggak mau mengakui kesalahannya.

2)     Komentar Menyakitkan yang Dibalut ‘Bercanda’

“Ih kamu makin aneh deh sekarang.”

“Gendutan ya kamu?”

Kalau terus-menerus merendahkan atau menyakiti, meskipun dikemas sebagai bercanda, itu termasuk komunikasi toxic.

3)     Merasa Takut atau Cemas Saat Bertemu

Kalau setiap mau ketemu kamu malah stres, itu pertanda hubungan kalian sudah nggak sehat.

4)     Kompetisi Terselubung

Ketika sahabatmu gak senang dengan keberhasilanmu dan malah membandingkan diri, itu bisa jadi racun dalam hubungan.

Komunikasi Toxic Itu Apa Sih?

Komunikasi toxic adalah pola komunikasi yang membuat salah satu pihak merasa tidak aman, tertekan, atau direndahkan. Ini bisa muncul dalam bentuk:

-         Gaslighting: membuat kamu meragukan perasaan dan pikiranmu sendiri

-         Silent treatment: mendiamkan tanpa penjelasan

-         Manipulatif: membuat kamu merasa bersalah agar nurut terus

Sebagai mahasiswa Ilkom Inaba, kamu bisa belajar mengidentifikasi bentuk komunikasi seperti ini di mata kuliah Komunikasi Interpersonal atau Psikologi Komunikasi. Ini bekal penting untuk membentuk relasi yang lebih sehat di kampus dan kehidupan sosial.

 Komunikasi Sehat: Kunci Persahabatan yang Tumbuh

Untungnya, kamu bisa belajar memperbaiki pola komunikasi jadi lebih sehat. Berikut beberapa prinsip komunikasi sehat dalam pertemanan:

1.      Berani Menyampaikan Perasaan

Daripada dipendam, lebih baik diomongin baik-baik. Misalnya:

“Aku ngerasa kurang nyaman kalau kamu ngomong kayak gitu di depan orang lain.”

 

2.      Saling Mendengarkan Tanpa Memotong

Dengarkan dulu pendapat temanmu sampai selesai, baru kasih tanggapan.

3.      Hargai Batasan

Setiap orang punya batas energi, waktu, dan ruang pribadi. Sahabat yang baik akan menghormati itu.

4.      Validasi Perasaan Teman

Saat teman cerita, cukup bilang “Aku ngerti kok kamu ngerasa begitu.”

Alih-alih langsung memberi saran atau membandingkan dengan pengalamanmu.

 Ilkom Inaba: Belajar Komunikasi Gak Hanya di Buku

Di Ilkom Inaba, kamu nggak cuma belajar teori komunikasi di kelas, tapi juga praktik langsung lewat kegiatan organisasi, diskusi, hingga projek kelompok. Semua itu jadi tempat latihan membangun komunikasi sehat dalam lingkungan pertemanan.

Misalnya:

·         Belajar Komunikasi Asertif saat mengerjakan tugas bareng

·         Diskusi terbuka saat terjadi miskomunikasi antar kelompok

·         Menghindari komunikasi toxic dalam organisasi mahasiswa

Dengan bekal ilmu dari kampus, kamu bisa jadi pribadi yang bukan hanya pintar bicara, tapi juga bijak dalam membangun hubungan.

Studi Kasus Sederhana

Bayangkan kamu punya teman yang sering mendominasi obrolan dan gak pernah nanya kabarmu. Lama-lama kamu ngerasa invisible. Saat kamu coba cerita, dia malah mengalihkan topik.

Dalam situasi ini, kamu bisa mulai membangun komunikasi sehat dengan bilang:

“Aku pengin ngobrol juga, kadang aku ngerasa kamu kurang kasih ruang buat aku cerita.”

Kalimat ini tidak menyudutkan, tapi tetap tegas dan jelas.

Pilih Sahabat yang Tumbuh Bersama, Bukan yang Menjatuhkan

Persahabatan yang sehat bikin kamu bertumbuh, saling dukung, dan nyaman jadi diri sendiri. Tapi kalau kamu mulai merasa lelah secara emosional karena cara berkomunikasi temanmu, itu pertanda kamu perlu evaluasi.

Sebagai mahasiswa atau calon mahasiswa Ilkom Inaba, kamu dibekali ilmu dan keterampilan untuk mengenali, membangun, dan memperbaiki hubungan sosial lewat komunikasi. Jangan ragu untuk belajar, melatih diri, dan memilih relasi yang membawa kebaikan.

 


Refernsi:

DeVito, J. A. (2013). The Interpersonal Communication Book. Pearson.

Gustavsson, A. & Ekström, M. (2003). Intergenerational Communication and Cultural Change.

Rahmat, J. (2019). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kompas.com. (2023). “Konflik Anak dan Orang Tua Karena Perbedaan Generasi.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Budaya K-Pop: Saat Meme, Fandom, dan Bahasa Pop Culture Jadi Alat Komunikasi Anak Muda   “ Oppa Saranghae!” antara Hiburan dan Bahasa Baru P...