Selasa, 22 Juli 2025


Budaya K-Pop: Saat Meme, Fandom, dan Bahasa Pop Culture Jadi Alat Komunikasi Anak Muda



 

Oppa Saranghae!” antara Hiburan dan Bahasa Baru

Pernah dengar temanmu teriak “saranghae oppa!” sambil nge-fangirling di konser? Atau kamu pernah ngakak sendiri karena lihat meme K-Pop yang relate banget sama kehidupan sehari-hari? Yup, itu bukan sekadar hiburan. Hari ini, budaya K-Pop sudah berkembang jadi bagian dari bahasa komunikasi anak muda, bukan hanya di Korea, tapi juga di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Melalui fandom komunikasi, meme sebagai pesan, dan penggunaan bahasa pop culture, para penggemar K-Pop membentuk cara baru dalam menyampaikan pesan, menunjukkan emosi, hingga membangun identitas diri.

Sebagai mahasiswa Ilkom Inaba, kamu pasti akrab dengan bagaimana komunikasi berkembang dalam komunitas digital. Nah, budaya K-Pop adalah contoh paling menarik dari komunikasi lintas budaya yang hidup dan terus berkembang terutama lewat fandom, meme, dan bahasa popculture yang melekat dalam kehidupan sehari-hari anak muda. Yuk, kita bahas bagaimana budaya ini bisa jadi saluran komunikasi yang kreatif, seru, dan bermakna!

Fandom Komunikasi: Ketika Fans Bicara Pakai Emosi dan Hashtag

Dalam dunia K-Pop, fandom bukan cuma kumpulan fans. Mereka adalah komunitas aktif yang saling terhubung lewat bahasa, kode, dan simbol yang hanya dimengerti oleh sesama anggota.

Misalnya:

-         Fans BTS disebut ARMY, dan mereka punya jargon khas seperti “I purple you”

-         Fans EXO disebut EXO-L yang saling menyapa dengan “saranghaja”

-         Fandom Stray Kids, Stay, sering pakai kalimat “You make Stray Kids stay”

Ini bukan sekadar nama, tapi cara mereka berkomunikasi satu sama lain. Bahkan ketika ngomong di Twitter, mereka bisa langsung paham maksud sebuah cuitan meski hanya pakai emoji, fancam, atau potongan lirik.

Menurut Henry Jenkins (1992), budaya fans atau fandom culture memungkinkan anak muda membentuk komunitas aktif yang menciptakan makna bersama dari media yang mereka konsumsi. Artinya, fans bukan cuma penonton pasif, tapi ikut “bicara” lewat budaya pop.

 Meme sebagai Pesan: Tertawa, Tapi Dalam

Meme K-Pop udah jadi bagian dari “bahasa sehari-hari” di kalangan penggemar. Kadang berupa ekspresi lucu idol, potongan video fancam, atau template editan yang bisa dipakai untuk segala topik, dari cinta sampai stres tugas kuliah.

Contoh:

-         Ekspresi Jungkook ngambek bisa jadi simbol "aku lagi bad mood"

-         Meme “Lisa BLACKPINK nanya nih…” bisa dipakai buat sindiran halus

-         Gambar idol ketawa sinis disertai teks, “aku: senyum, padahal hati berantakan”

Lewat meme, fans menyampaikan pesan emosional, kritik sosial, bahkan komentar budaya dengan cara yang ringan dan mudah dipahami.

Meme bukan sekadar guyonan, tapi juga alat komunikasi visual. Menurut Limor Shifman (2013), meme bisa jadi “cultural information unit” yang menyebar dari satu individu ke lainnya dan menciptakan kesamaan makna.

Di kalangan mahasiswa Ilkom Inaba, meme bisa dijadikan studi kasus menggunakan teori Semiotika. Bagaimana satu gambar bisa menyampaikan pesan lengkap dalam hitungan detik, bahkan lebih efektif dari paragraf panjang.

Bahasa Pop Culture: Kode Rahasia Anak Gen Z

Kalau kamu aktif di Twitter, TikTok, atau Instagram, kamu pasti sering nemu kalimat kayak:

“Aku butuh healing… pake suara D.O aja udah cukup”

“Lagu Taeyeon tuh kayak pelukan virtual deh, sumpah”

“Bias aku ngasih afirmasi lewat live barusan, auto semangat!”

Itu contoh bagaimana bahasa pop culture jadi alat komunikasi emosional. Kata-kata seperti healing, bias, stan, comeback, dan fanchant sekarang udah akrab di telinga remaja, bahkan yang bukan penggemar berat sekalipun.

Menariknya, bahasa ini punya makna tersendiri di kalangan komunitasnya. Di luar fandom, kata “comeback” bisa berarti kembali ke suatu tempat. Tapi di dunia K-Pop, itu artinya idol akan merilis karya baru, lengkap dengan konsep dan teaser yang dinanti-nanti.

Penggunaan bahasa pop culture ini memperkuat rasa kebersamaan. Anak muda yang memahami istilah ini merasa “terhubung” satu sama lain, seolah berada dalam ruang komunikasi khusus yang penuh warna, ekspresi, dan makna.

Komunikasi Global Lewat Budaya Lokal

Yang lebih keren lagi, budaya K-Pop juga mendorong komunikasi lintas negara. Meski sebagian besar penggemarnya nggak bisa bahasa Korea, mereka tetap bisa memahami isi lagu, ucapan idol, bahkan ikut belajar huruf Hangeul!

Banyak penggemar Indonesia yang bisa:

-       Baca subtitle fan translation

-       Pakai honorifik Korea seperti oppa, unnie, sunbae

-       Ikut trend seperti “Random Play Dance”, fan chant, atau album unboxing

Di sinilah kita bisa lihat bagaimana budaya pop bisa membentuk komunikasi global, tanpa harus menghapus budaya lokal. Bahkan banyak konten kreator lokal yang menggabungkan elemen K-Pop dengan bahasa daerah atau konteks Indonesia, seperti meme “Jungkook vs. tugas numpuk” atau parodi “Idol datang ke warung Padang”.

Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Gaya Komunikasi Fandom K-Pop?

a)     Kreativitas Tanpa Batas

Komunikasi nggak selalu soal kata-kata formal. Fandom menunjukkan bahwa pesan bisa disampaikan lewat gambar, ekspresi, humor, dan simbol.

b)    Bahasa Bukan Penghalang, Tapi Jembatan

Lewat lirik, video, dan konten idol, anak muda belajar bahasa asing secara alami—tanpa dipaksa.

c)     Rasa Kebersamaan yang Kuat

Fandom menciptakan ikatan emosional dan solidaritas, bahkan di antara orang-orang yang belum pernah bertemu langsung.

d)    Mengasah Literasi Digital

Anak muda belajar banyak soal media, editing, storytelling, bahkan manajemen event dari aktivitas fandom.

Komunikasi Itu Nggak Harus Kaku

Lewat budaya K-Pop, kita belajar bahwa komunikasi bisa sangat ekspresif, kreatif, dan inklusif. Kamu bisa menyampaikan perasaan lewat meme, membangun komunitas lewat fandom, dan berbicara dengan “bahasa pop” yang hanya dipahami orang-orang yang satu frekuensi.

Jadi, jangan anggap fandom cuma soal teriak-teriak lihat idol. Di balik itu semua, ada dinamika komunikasi yang menarik, cerdas, dan menggambarkan semangat zaman. Selama digunakan secara sehat dan positif, budaya K-Pop bisa jadi salah satu bentuk komunikasi paling keren yang dimiliki generasi kita sekarang.

Sebagai mahasiswa atau calon mahasiswa Ilkom Inaba, kamu punya peluang besar untuk mengangkat budaya K-Pop menjadi studi ilmiah yang fun dan bermakna. Karena di balik “Oppa ganteng” dan “fancam viral”, ada dunia komunikasi yang patut diapresiasi

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Budaya K-Pop: Saat Meme, Fandom, dan Bahasa Pop Culture Jadi Alat Komunikasi Anak Muda   “ Oppa Saranghae!” antara Hiburan dan Bahasa Baru P...